Selasa, 20 Desember 2011

Tugas Etika Bisnis

Bayu Mayura Pridatama

10108239

4EA12

ETIKA BISNIS (SOFTSKILL)

1. Beberapa prinsip-prinsip yang menjadi pedoman kegiatan sehari-hari dan pendorong bagi setiap orang dalam kegiatan berbisnis, antara lain :

a. Semangat pelayanan prima yang dilakukan

Pelayanan prima biasanya berhubungan erat dengan bisnis jasa pelayanan yang dilakukan dalam upaya untuk memberikan rasa puas dan menumbuhkan kepercayaan terhadapa pelanggan atau konsumen, sehingga pelangggan merasa dirinya dipentingkan atau diperhatikan dengan baik dan benar. Pentingnya pelayanan prima terhadap pelanggan juga merupakan strategi dalam rangka memenangkan persaingan, akan tetapi tidak cukup hanya memberikan rasa puas dan perhatian terhadap pelanggan saja, lebih dari itu adalah bagaimana cara merespon keinginan pelanggan sehingga dapat menimbulkan kesan positif dari pelanggan.

Contoh: pelayan di supermarket maupun mini supermarket, para pelayan selalu menyambut para pelanggan yang datang dengan senyuman dan perkataan yang baik untuk menyambut para konsumennya.

b. Semangat fairness

Seorang penjual harus memiliki kejujuran terhadap konsumennya agar para konsumen merasa senang sehingga memberikan dampak spsikologis terhadap konsumen maupun penjual itu sendiri, dengan kejujuran maka akan terjadinya keseimbangan antara konsumen dengan penjual maupun atasan dengan bawahannya.

Contoh : penjual tahu menjual produknya tanpa adanya bahan pengawet semacam boraks sehingga konsumen akan terus dapat membelinya, meskipun dengan boraks tahu akan lebih awet lebih lama namun penjual tidak menggunakan itu dikarenakan kepercayaan yang telah tercipta oleh para konsumen produknya sudah memiliki kualitas yang baik.

c. Semangat harmonis dan kerjasama

Seorang pengusaha tidaklah mungkin dapat membangun usahanya sendiri tanpa adanya bantuan atau campur tangan dari orang lain dalam menunjang kegiatan bisnisnya, dimana orang lain akan dapat menciptakan kemudahan dalam menjalankan kegiatannya sehingga antara dalam sebuah organisasi dibutuhkan adanya kerjasama yang baik untuk memupuk terciptanya keharmonisan kerja agar terus dapat mengembangan kegiatan bisnisny.

Contoh : kerja sama itu dapat sering terlihat pada apa yang sering dilakukan pada SPG dalam menawarkan barangnya terhadap konsumen, itu tidak terlepas dari kerjasama antara team leader dengan para SPG yang terjun langsung di lapangan, dengan koordinasi yang baik maka akan menempatkan mereka pada tempat yang strategis serta memberikan peluang kerjasama antara konsumen dengan penjual agar membeli produknya.

d. Semangat kerja keras untuk maju

Delam kegiatan bisnis seorang pengusaha harus mekerja kerasa untuk mencapai tujuan yang diharapkannya sehingga apapun kendala yang akan dihadapi akan memicu usahanya untuk terus bangkit agar apa yang diharapkan tercapai.

Contoh :

Contoh : Seorang pengusaha telah dilanda musibah dalam bisnisnya sehingga membuatnya harus kembali membangun usahanya, dengan begitu pengusaha tersebut harus memupuk kembali ushanya mulai dari nol untuk membangkitkan usaha yang selama ini dirintis dan menjadi makmur seperti sedia kala.

e. Semangat hormat dan rendah hati

Dalam dunia bisnis haruslah saling menghormati terhadap rekan bisnis maupun pesaing dimana dengan saling menghormati akan terciptanya keharmonisan dalam dunia usaha sehingga tidak perlu adanya persaingan yang selalu menjatuhkan antar pesaing, jika usaha yang telah dirintis telah berkembang alangkah bijak tetap rendah hati bahwa apa yang telah ada belum tentu itu akan dapat bertahan lama.

Contoh : Dalam bisnis provider telekomunikasi sering kita lihat adanya ketidak harmonisan dimana para pesaing saling menjatuhkan dengan ejekan-ejekan melalui iklannya, hal tersebut tidak patut dilakukan dikarenakan terjadinya adanya pelecehan secara tidak langsung terhadap para pesaing, bagi mereka yang telah memiliki konsumen yang lebih tinggi alangkah bijaknya lebih mempertahankan kualitas produknya disbanding harus terus melawan produk-produk sejenis yang ingin mengembangankan usahanya.

f. Semangat mengikuti hukum alam

Setiap orang memiliki kemampuan dalam dirinya dimana setiap kemampuan dalam diri manusia pasti berbeda, begitu pula dalam dunia bisnis bagi mereka yang memiliki kekuatan dalam menjalankan usahanya pasti akan bertahan lebih lama disbanding bagi mereka yang hanya menjalankan kegiatan usahanya hnay sekedar mencari laba saja. Dengan begitu mereka yang tidak dapat mempertahankan reputasinya akan tersingkir oleh para pesaing yang lebih memiliki kekuatan yang lebih besar.

Contoh : Sudah kita akui bahwa provider telkomsel pada saat ini merupakan perusahaan nomor satu dalam usaha telekomunikasi di Indonesia, bagi perusahaan lain yang ingin bersaing haruslah memikirkan daya saing yang akan dihadapi oleh telkomsel, maka bagi perusahan lain harus memperhatikan apa yang dibutuhkan konsumen untuk mencangkup kebutuhannya sehingga akan dapat bersaing.

g. Kejujuran adalah pangkal sukses

Dalam dunia bisnis terdapat daya saing yang sangat besar dimana meraka akan melakukan berbagai macam cara untuk memperoleh tujuan perusahaanya sehingga mereka, alangkah bijaknya jika dalam kegiatan bisnis selalu memiliki rasa kejujuran dalam prosesnya agar reputasi yang tercipta di dalam individu maupun organisasi akan tampak lebih baik dimata pesaing sehingga kejujuran akan menjadi modal awal dalm melakukan kegiatan bisnis.

Contoh : Untuk memenangkan tender biasanya setiap perusahaan mengajukan ide atau proposal untuk memenangkan tender tersebut, bagi mereka yang melakukan suap untuk memenangkan tender maka akan terjadinya dampak ketidak percayaan apabila suatu saat rahasi tersebut terbongkar yang ujung-ujungnya akan merugikan perusahaan itu sendiri.

h. Semangat bersyukur

Apapun yang terjadi dalam dunia bisnis harulah di syukuri, dengan begitu bagi mereka yang masih tertunda untuk mencapai kesempurnaan akan terus dapat memperjuangkan usahanya lagi, dan bagi meraka yang telah sukses harus tetap bersyukur karena dengan apa yang tealh dimiliki itu harus tetap dijaga dan tidak berspekulasi terlalu jauh.

Contoh : Perusahaan yang telah sukses harus bersyukur dengan apapun yang telah dimilikinya agar selalu mendapatkan ridho dalam usahanya untuk menjaga atau lebih mengembangakan kegiatannya usahanya.

2. “Bisnis apapun adalah bagian dari sebuah system social dan atasa dasar itu mempunyai hak dan tanggung jawab. Kebebasan untuk mengejar tujuan ekonomis dibatasi oleh hukum dan tersalurkan melalui kekuatan pasar bebas, tetapi tuntutan tersebut bersifat minimal, karena hanya menuntut agar bisnis menyediakan barang dan jasa yang diinginkan, bersaing secara fair dan tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain.”

Dari kutipan tersebut dinyatakan bahwa bisnis hanya sebuah kegiatan usaha untuk memperoleh suatu tujuan dalam kegiatannya dimana dalam kegiatan tersebut haruslah mempertimbangkan berbagai macam hal untuk menyalurkan tujuannya. Kegiatan tersebut akan terpantau atau terbatasi dengan adanya peraturan berupa paying hukum maupun budaya yang ada pada setiap suatu negara dimana untuk menjaga kegiatannya tidak keluar jalur sehingga hanya berjalan sesuai dengan apa yang telah diketahui suatu kegiatan bisnis hanya menyediakan apa yang dibutuhkan oleh khalayak ramai, sehingga dalam menajalankan kegiatan bisnis haruslah melihat apa dampak yang akan timbul bagi perusahaan, individu maupun orang lain yang secara tidak langsung akan merasakan dampak tersbut.

Selasa, 25 Oktober 2011

Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial

A. PENDAHULUAN

Ibarat sebuah mobil, laju mobil penting untuk dapat mengantarkan penumpangnya ke tempat tujuan. Mobil melaju karena injakkan pedal gas pengemudinya dan berhenti kerena injakan pedal rem. Injakan pedal gas mobil diperlukan agar mobil dapat melaju dan injakan pedal rem diperlukan agar mobil

melaju dengan selamat. Begitu pula sebuah perusahaan bergerak karena beraksinya sumber daya manusia bersama-sama sumberdaya yang lain. Agar aksi manajemen perusahaan berjalan selamat perlu memperhatikan etika bisnis dan tanggung jawab sosial. Etika dan tanggung jawab sosial perupakan rem perusahaan agar berkerja tidak bertabrakan dengan pemegang kepentingan perusahaan, seperti pelanggan, pemerintah, pemilik, kreditur, pekerja dan komunitas atau masyarakat. Hubungan yang harmonis dengan pemegang kepentingan akan menghasilkan energi positif buat

kemajuan perusahaan.

B. ALASAN ATAS KODE ETIK

1. Meningkatkan kepercayaan publik pada bisnis.

2. Berkurangnya potensial regulasi pemerintah yang dikeluarkan sebagai aktivitas kontrol.

3. Menyediakan pegangan untuk dapat diterima sebagai pedoman.

4. Menyediakan tanggungjawab atas prilaku yang tak ber-etika.

C. PERTIMBANGAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

1. Pelanggan (Customers)

2. Pekerja (Employees)

3. Pemegang saham (Stockholders)

4. Kreditur (Creditors)

5. Masyarakat (Communities)

D. TANGGUNG JAWAB SOSIAL KEPADA PELANGGAN

1. Bagaimana Memastikan Tanggung jawab Bisnis :

Ø Tetapkan kode etika.

Ø Monitor keluhan pelanggan.

Ø Memperoleh umpan balik pelanggan

2. Bagaimana memastikan tanggungjawab Pemerintah :

Ø Peraturan Keamanan Produk.

Ø Peraturan Periklanan.

Ø Peraturan Persaingan Industri.

E. TANGGUNG JAWAB SOSIAL KEPADA PEKERJA

1. Keamanan Pekerja (Employee Safety)

Ø Memastikan Tempat kerja yang aman bagi pekerja.

2. Perlakuan pekerja

Ø Memastikan tidak ada diskriminasi.

3. Kesamaan kesempatan (Equal Opportunity)

Ø Kesamaan Kesempatan/Hak sipil

4. Bagaimana memastikan tanggung jawab Bisnis :

Ø Keluhan Prosedur.

Ø Kode etik.

Ø UU Ketenaga kerjaan

F. TANGGUNG JAWAB SOSIAL KEPADA KREDITOR

1. Kewajiban Keuangan.

2. Informasikan kreditur jika mempunyai permasalahan keuangan

G. TANGGUNG JAWAB SOSIAL KEPADA LINGKUNGAN

1. Pencegahan polusi udara:

Ø Peninjauan kembali proses produksi.

Ø Petunjuk Penyelenggaraan pemerintah

2. Pencegahan polusi daratan:

Ø Peninjauan kembali proses produksi dan pengemasan.

Ø Menyimpan dan mengirim barang sisa beracun ke lokasi pembuangan

H. TANGGUNG JAWAB SOSIAL KEPADA MASYARAKAT

1. Sponsori peristiwa masyarakat lokal.

2. Sumbangkan kepada masyarakat tidak mampu.

PERKEMBANGAN MORAL DAN PENALARAN MORAL DALAM ETIKA BISNIS

A. Perkembangan Moral

Riset psikologi menunjukkan bahwa, perkembangan moral seseorang dapat berubah ketika dewasa. Saat anak-anak, kita secara jujur mengatakan apa yang benar dan apa yang salah, dan patuh untuk menghindari hukuman. Ketika tumbuh menjadi remaja, standar moral konvensional secara bertahap diinternalisasikan. Standar moral pada tahap ini didasarkan pada pemenuhan harapan keluarga, teman dan masyarakat sekitar. Hanya sebagian manusia dewasa yang rasional dan berpengalaman memiliki kemampuan merefleksikan secara kritis standar moral konvensional yang diwariskan keluarga, teman,budaya atau agama kita.

Yaitu standar moral yang tidak memihak dan yang lebihmemperhatikan kepentingan orang lain, dan secara memadai menyeimbangkan perhatian terhadap orang lain dengan perhatian terhadap diri sendiri. Menurut ahli psikologi, Lawrence Kohlberg, dengan risetnya selama 20 tahun, menyimpulkan, bahwa ada 6 tingkatan (terdiri dari 3 level, masing-masing 2 tahap) yang teridentifikasi dalam perkembangan moral seseorang untuk berhadapan dengan isu-isu moral.

Tahapannya adalah sebagai berikut :

1) Level satu : Tahap Prakonvensional

Pada tahap pertama, seorang anak dapat merespon peraturan dan ekspektasi sosial dan dapat menerapkan label-label baik, buruk, benar dan salah.

Tahap satu : Orientasi Hukuman dan Ketaatan

Pada tahap ini, konsekuensi fisik sebuah tindakan sepenuhnya ditentukan oleh kebaikan atau keburukan tindakan itu. Alasan anak untuk melakukan yang baik adalah untuk menghindari hukuman atau menghormati kekuatan otoritas fisik yang lebih besar.

Tahap dua : Orientasi Instrumen dan Relativitas

Pada tahap ini, tindakan yang benar adalah yang dapat berfungsi sebagai instrument untuk memuaskan kebutuhan anak itu sendiri atau kebutuhan mereka yang dipedulikan anak itu.

2) Level dua : Tahap Konvensional

Pada level ini, orang tidak hanya berdamai dengan harapan, tetapi menunjukkan loyalitas terhadap kelompok beserta norma-normanya. Remaja pada masa ini, dapat melihat situasi dari sudut pandang orang lain, dari perspektif kelompok sosialnya.

Tahap Tiga : Orientasi pada Kesesuaian Interpersonal

Pada tahap ini, melakukan apa yang baik dimotivasi oleh kebutuhan untuk dilihat sebagai pelaku yang baik dalam pandangannya sendiri dan pandangan orang lain.

Tahap Empat : Orientasi pada Hukum dan Keteraturan

Benar dan salah pada tahap konvensional yang lebih dewasa, kini ditentukan oleh loyalitas terhadap negara atau masyarakat sekitarnya yang lebih besar. Hukum dipatuhi kecuali tidak sesuai dengan kewajiban sosial lain yang sudah jelas.

3) Level tiga : Tahap Postkonvensional, Otonom, atau Berprinsip

Pada tahap ini, seseorang tidak lagi secara sederhana menerima nilai dan norma kelompoknya. Dia justru berusaha melihat situasi dari sudut pandang yang secara adil mempertimbangkan kepentingan orang lain. Dia mempertanyakan hukum dan nilai yang diadopsi oleh masyarakat dan mendefinisikan kembali dalam pengertian prinsip moral yang dipilih sendiri yang dapat dijustifikasi secara rasional. Hukum dan nilai yang pantas adalah yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang memotivasi orang yang rasional untuk menjalankannya.

Tahap Lima : Orientasi pada Kontrak Sosial

Tahap ini, seseorang menjadi sadar bahwa mempunyai beragam pandangan dan pendapat personal yang bertentangan dan menekankan cara yang adil untuk mencapai consensus dengan kesepahaman, kontrak, dan proses yang matang. Dia percaya bahwa nilai dan norma bersifat relative, dan terlepas dari consensus demokratis semuanya diberi toleransi.

Tahap Enam : Orientasi pada Prinsip Etika yang Universal

Tahap akhir ini, tindakan yang benar didefinisikan dalam pengertian prinsip moral yang dipilih karena komprehensivitas, universalitas, dan konsistensi. Alasan seseorang untuk melakukan apa yang benar berdasarkan pada komitmen terhadap prinsip-prinsip moral tersebut dan dia melihatnya sebagai criteria untuk mengevaluasi semua aturan dan tatanan moral yang lain.

Teori Kohlberg membantu kita memahami bagaimana kapasitas moral kita berkembang dan memperlihatkan bagaimana kita menjadi lebih berpengalaman dan kritis dalam menggunakan dan memahami standar moral yang kita punyai. Namun tidak semua orang mengalami perkembangan, dan banyak yang berhenti pada tahap awal sepanjang hidupnya. Bagi mereka yang tetap tinggal pada tahap prakonvensional, benar atau salah terus menerus didefinisikan dalam pengertian egosentris untuk menghindari hukuman dan melakukan apa yang dikatakan oleh figur otoritas yang berkuasa.

Bagi mereka yang mencapai tahap konvensional, tetapi tidak pernah maju lagi, benar atau salah selalu didefinisikan dalam pengertian norma-norma kelompok sosial mereka atau hukum negara atau masyarakat mereka. Namun demikian, bagi yang mencapai level postkonvensional dan mengambil pandangan yang reflektif dan kritis terhadap standar moral yang mereka yakini, benar dan salah secara moral didefinisikan dalam pengertian prinsip-prinsip moral yang mereka pilih bagi mereka sendiri sebagai yang lebih rasional dan memadai.

B. Penalaran Moral

Penalaran moral mengacu pada proses penalaran dimana prilaku, institusi, atau kebijakan dinilai sesuai atau melanggar standar moral. Penalaran moral selalu melibatkan dua komponen mendasar :

1. Pemahaman tentang yang dituntut, dilarang, dinilai atau disalahkan oleh standar moral yang masuk akal.

2. Bukti atau informasi yang menunjukkan bahwa orang, kebijakan, institusi, atau prilaku tertentu mempunyai ciri-ciri standar moral yang menuntut, melarang, menilai, atau menyalahkan.

3. Menganalisis Penalaran Moral

Ada beberapa criteria yang digunakan para ahli etika untuk mengevaluasi kelayakan penalaran moral, yaitu :

• Penalaran moral harus logis.

• Bukti factual yang dikutip untuk mendukung penilaian harus akurat, relevan dan lengkap.

• Standar moral yang melibatkan penalaran moral seseorang harus konsisten.

ETIKA BISNIS DAN ISU TERKAIT

Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna berbeda. Salah satu maknanya adalah “prinsip tingkah laku yang mengatur individu dan kelompok”. Makna kedua menurut kamus – lebih penting – etika adalah “kajian moralitas”. Tapi meskipun etika berkaitan dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika adalah semacam penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil penelaahan itu sendiri, sedangkan moralitas merupakan subjek.

A. Moralitas

Moralitas adalah pedoman yang dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat. Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Norma moral seperti “selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”. Standar moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh kemasyarakatan seperti gereja, sekolah, televisi, majalah, music dan perkumpulan.

Hakekat standar moral :

1. Standar moral berkaitan dengan persoalan yang kita anggap akan merugikan secara serius atau benar-benar akan menguntungkan manusia.

2. Standar moral tidak dapat ditetapkan atau diubah oleh keputusan dewan otoritatif tertentu.

3. Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai lain termasuk (khususnya) kepentingan diri.

4. Standar moral berdasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak.

5. Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosa kata tertentu.

Standar moral, dengan demikian, merupakan standar yang berkaitan dengan persoalan yang kita anggap mempunyai konsekuensi serius, didasarkan pada penalaran yang baik bukan otoritas, melampaui kepentingan diri, didasarkan pada pertimbangan yang tidak memihak, dan yang pelanggarannya diasosiasikan dengan perasaan bersalah dan malu dan dengan emosi dan kosa kata tertentu.

B. Etika

Etika merupakan ilmu yang mendalami standar moral perorangan dan standar moral masyarakat. Ia mempertanyakan bagaimana standar-standar diaplikasikan dalam kehidupan kita dan apakah standar itu masuk akal atau tidak masuk akal – standar, yaitu apakah didukung dengan penalaran yang bagus atau jelek. Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut. Etika merupakan studi standar moral yang tujuan eksplisitnya adalah menentukan standar yang benar atau yang didukung oleh penalaran yang baik, dan dengan demikian etika mencoba mencapai kesimpulan tentang moral yang benar benar dan salah, dan moral yang baik dan jahat.

C. Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-orang yang ada di dalam organisasi.

D. Penerapan Etika pada Organisasi Perusahaan

Dapatkan pengertian moral seperti tanggung jawab, perbuatan yang salah dan kewajiban diterapkan terhadap kelompok seperti perusahaan, ataukah pada orang (individu) sebagai perilaku moral yang nyata?

Ada dua pandangan yang muncul atas masalah ini :

Ekstrem pertama, adalah pandangan yang berpendapat bahwa, karena aturan yang mengikat, organisasi memperbolehkan kita untuk mengatakan bahwa perusahaan bertindak seperti individu dan memiliki tujuan yang disengaja atas apa yang mereka lakukan, kita dapat mengatakan mereka bertanggung jawab secara moral untuk tindakan mereka dan bahwa tindakan mereka adalah bermoral atau tidak bermoral dalam pengertian yang sama yang dilakukan manusia.

Ekstrem kedua, adalah pandangan filsuf yang berpendirian bahwa tidak masuk akal berpikir bahwa organisasi bisnis secara moral bertanggung jawab karena ia gagal mengikuti standar moral atau mengatakan bahwa organisasi memiliki kewajiban moral. Organisasi bisnis sama seperti mesin yang anggotanya harus secara membabi buta mentaati peraturan formal yang tidak ada kaitannya dengan moralitas. Akibatnya, lebih tidak masuk akal untuk menganggap organisasi bertanggung jawab secara moral karena ia gagal mengikuti standar moral daripada mengkritik organisasi seperti mesin yang gagal bertindak secara moral.

Karena itu, tindakan perusahaan berasal dari pilihan dan tindakan individu manusia, indivdu-individulah yang harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral : individu manusia bertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan karena tindakan perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku mereka. Jika perusahaan bertindak keliru, kekeliruan itu disebabkan oleh pilihan tindakan yang dilakukan oleh individu dalam perusahaan itu, jika perusahaan bertindak secara moral, hal itu disebabkan oleh pilihan individu dalam perusahaan bertindak secara bermoral.

E. Globalisasi, Perusahaan Multinasional dan Etika Bisnis

Globalisasi adalah proses yang meliputi seluruh dunia dan menyebabkan system ekonomi serta sosial negara-negara menjadi terhubung bersama, termasuk didalamnya barangbarang, jasa, modal, pengetahuan, dan peninggalan budaya yang diperdagangkan dan saling berpindah dari satu negara ke negara lain. Proses ini mempunyai beberapa komponen, termasuk didalamnya penurunan rintangan perdagangan dan munculnya pasar terbuka dunia, kreasi komunikasi global dan system transportasi seperti internet dan pelayaran global, perkembangan organisasi perdagangan dunia (WTO), bank dunia, IMF, dan lain sebagainya.

Perusahaan multinasional adalah inti dari proses globalisasi dan bertanggung jawab dalam transaksi internasional yang terjadi dewasa ini. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang bergerak di bidang yang menghasilkan pemasaran, jasa atau operasi administrasi di beberapa negara. Perusahaan multinasional adalah perusahaan yang melakukan kegiatan produksi, pemasaran, jasa dan beroperasi di banyak negara yang berbeda. Karena perusahaan multinasional ini beroperasi di banyak negara dengan ragam budaya dan standar yang berbeda, banyak klaim yang menyatakan bahwa beberapa perusahaan melanggar norma dan standar yang seharusnya tidak mereka lakukan.

F. Etika Bisnis dan Perbedaan Budaya

Relativisme etis adalah teori bahwa, karena masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan etis yang berbeda. Apakah tindakan secara moral benar atau salah, tergantung kepada pandangan masyarakat itu. Dengan kata lain, relativisme moral adalah pandangan bahwa tidak ada standar etis yang secara absolute benar dan yang diterapkan atau harus diterapkan terhadap perusahaan atau orang dari semua masyarakat. Dalam penalaran moral seseorang, dia harus selalu mengikuti standar moral yang berlaku dalammasyarakat manapun dimana dia berada.

Pandangan lain dari kritikus relativisme etis yang berpendapat, bahwa ada standar moral tertentu yang harus diterima oleh anggota masyarakat manapun jika masyarakat itu akan terus berlangsung dan jika anggotanya ingin berinteraksi secara efektif. Relativisme etis mengingatkan kita bahwa masyarakat yang berbeda memiliki keyakinan moral yang berbeda, dan kita hendaknya tidak secara sederhana mengabaikan keyakinan moral kebudayaan lain ketika mereka tidak sesuai dengan standar moral kita.

G. Teknologi dan Etika Bisnis

Teknologi yang berkembang di akhir dekade abad ke-20 mentransformasi masyarakat dan bisnis, dan menciptakan potensi problem etis baru. Yang paling mencolok adalah revolusi dalam bioteknologi dan teknologi informasi. Teknologi menyebabkan beberapa perubahan radikal, seperti globalisasi yang berkembang pesat dan hilangnya jarak, kemampuan menemukan bentuk-bentuk kehidupan baru yang keuntungan dan resikonyatidak terprediksi. Dengan perubahan cepat ini, organisasi bisnis berhadapan dengan setumpuk persoalan etis baru yang menarik.

Bayu Mayura Pridatama | Template by - Abdul Munir - 2008 - layout4all